Emiten Telekomunikasi Andalkan Kenaikan Data selama Ramadan
Jelang Ramadan, penggunaan layanan data diharapkan menjadi katalis kinerja emiten operator telekomunikasi. Sebab, larangan mudik dinilai akan membuat masyarakat memilih untuk berkomunikasi secara virtual.
Dari kalangan emiten, PT XL Axiata Tbk. (EXCL) memprediksi trafik jaringan bisa naik 10%-20% selama bulan Ramadan. Agar jaringan bisa menampung peningkatan trafik ini, perseroan akan menambah kapasitas hingga 200% dibandingkan kapasitas harian. Di sisi lain, PT Smartfren Telecom Tbk. (FREN) akan meningkatkan kapasitas dan jangkaun jaringan hingga 25% dari tahun sebelumnya.
Berikut adalah kinerja keuangan sejumlah emiten telekomuniasi secara yoy:
ISAT: Pendapatan naik 6.92% dan laba bersih turun 146% (berbalik rugi)
FREN: Pendapatan naik 34.63% dan laba bersih turun 30% (rugi menyusut)
EXCL: Pendapatan naik 3.49% dan laba bersih turun 47.85%
TLKM (9 bulan 2020 per 30 September 2020): Pendapatan turun 2.62% dan laba bersih naik 1.34%
ADRO Terjun ke Energi Hijau
Emiten pertambangan batu bara, PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) berencana untuk diversifikasi bisnisnya ke sektor ramah lingkungan terutama biomassa, panel surya, hingga penghiliran batu bara menjadi hidrogen. Untuk mencapai rencana ini, ADRO akan membuat pilar baru yang bernama Adaro Green Initiative.
ADRO percaya bahwa pengembangan biomassa di Indonesia memiliki potensi yang tinggi. Sebab, biomassa diperkirakan memiliki pangsa pasar ekspor yang senilai dengan pembeli batu bara ADRO, seperti Jepang dan Korea Selatan.
Melalui pilar Adaro Power, perseroan sudah melakukan pengembangan pembangkit listrik dengan beberapa energi baru terbarukan (EBT) seperti panel surya, angin, dan air. Akan tetapi, ADRO sepertinya akan berfokus pada pengembangan panel surya dan air.
Di sisi lain, ADRO juga akan mengembangkan penghiliran batu bara menjadi hidrogen melalui kerja sama dengan PT Pertamina (Persero) terkait dengan penghiliran batu bara menjadi dymethil ether (DME).
Apa lagi target ADRO untuk tahun 2021?
Perseroan mematok volume produksi coking coal pada 2021 sebesar 2.4 juta ton hingga 2.5 juta ton. Terlebih, ADRO menargetkan produksi sekitar 52 juta - 54 juta ton pada 2021. Target ini termasuk produk batu bara thermal atau kalori rendah yang turun 4.7% yoy dan coking coal yang naik 150% yoy.
Selain itu, ADRO juga akan mendalami penetrasi pasar ekspor potensial dengan menjual coking coal ke negara asia yang menghasilkan baja, seperti Jepang, India dan China.
Dibandingkan dengan batu bara thermal menghasilkan EBITDA sebesar US$ 10 - US$20 per ton., coking coal menghasilkan EBITDA sebesar US$ 40 - US$50 per ton.
Selama 4 tahun terakhir, pendapatan dan laba bersih ADRO masing-masing turun, 6% per tahun dan 26% per tahun.