Hi All, find below news and movements that we find interesting for this week. Thank you and have a great Sunday!
Tahun Yang Suram Bagi Emiten Batu Bara
Tahun 2020 adalah tahun yang pahit bagi sektor baru bara mengingat penurunan harga komoditas yang diakibatkan oleh pandemi. Alhasil, pendapatan dan laba bersih emiten batu bara pun menurun drastis pada tahun 2020.
Berikut adalah kinerja keuangan beberapa emiten batu bara pada tahun 2020:
$UNTR: Pendapatan dan laba bersih masing-masing turun 29% dan 47%
$ADRO: Pendapatan dan laba bersih masing-masing turun 27% dan 64%
$PTBA: Pendapatan dan laba bersih masing-masing turun 20% dan 41%
$ITMG: Pendapatan dan laba bersih masing-masing turun 31% dan 70%
Apa yang menyebabkan kontraksi pendapatan dan laba bersih emiten batu bara?
Pendapatan emiten batu bara ditentukan oleh jumlah produksi batu bara yang dijual dan harga batu bara tersebut. Salah satu fungsi utama batu bara adalah sebagai bahan bakar untuk menghasilkan tenaga listrik. Pandemi COVID-19 telah menghancurkan permintaan energi global selama setahun terakhir.
Selain itu, penurunan pendapatan jauh lebih dalam dibandingkan dengan biaya operasional. Alhasil, laba bersih emiten baru anjlok lebih parah dari pendapatan.
Bagaimana outlook batu bara menurut manajemen emiten batu bara?
$PTBA memproyeksikan kenaikan volume produksi dari 24,8 juta ton pada 2020 menjadi 29,5 juta ton pada 2021. Bahkan, manajemen membidik volume penjualan PTBA untuk naik dari 26,1 juta ton pada 2020 menjadi 30,7 ton pada tahun 2021.
$ADRO memproyeksikan target produksi batu bara pada 2021 untuk mencapai 52 juta - 54 juta ton. Sejalan dengan itu, EBITDA diharapkan mencapai sekitar US$750 juta - US$900 juta pada 2021 dengan belanja modal (capital expenditure) sebesar US$200 juta - US$300 juta.
Apakah emiten batu bara menarik untuk dibeli?
Zoom out: Pendapatan emiten batu bara didorong oleh produksi dan harga jual batu bara. Maka dari itu, investasi emiten batu bara secara tidak langsung bergantung pada demand batu bara dan harga jualnya. Jika kamu yakin demand batu bara akan pulih tahun ini, maka sektor batu bara bisa dibilang menarik.
Masih bingung bagaimana cara menganalisa emiten batu bara? Check hasil riset kami di $INDY.
Dampak Insentif Properti bagi Sektor Konstruksi
Untuk menggairahkan sektor konstruksi, pemerintan menerapkan beberapa aturan pajak dan insentif properti, yaitu:
Insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Pemerintah akan menanggung 100% PPN untuk rumah tapak atau rumah susun dengan harga jual dibawah Rp 2 miliar. Untuk rumah tapak atau rumah susun dengan harga jual antara Rp 2 miliar dan Rp 5 miliar, pemerintah menanggung 50% PPN. Peraturan ini akan berjalan dari 1 Maret 2021 hingga 31 Agustus 2021.
Relaksasi Down Payment 0%. Dari 1 Maret 2021 hingga 31 Desember 2021, BI akan membiarkan uang muka atau DP 0% untuk kredit properti rumah tapak, rumah susun, dan ruko.
Penurunan Pajak Penghasilan (PPh). Pekerja konstruksi yang mempunyai kualifikasi orang-perseorangan dan kualifkasi usaha kecil akan diturunkan pajaknya dari 2% menjadi 1,75%. Lalu, tarif PPh bagi pekerja konstruksi yang tidak memiliki kualifikasi usaha atau usaha orang perseorangan diturunkan dari 3% menjadi 2.65%. Bagi penyedia jasa konsultasi konstruksi yang memiliki kualifikasi usaha diturunkan tarifnya dari 4% menjadi 3.5%.
Apa dampak dari insentif properti kepada sektor konstruksi?
Insentif PPN dan relaksasi DP 0% diharapkan akan mendorong pembelian properti pada masyarakat kelas menengah ke bawah. Sementara itu, penurunan PPh dinilai akan meningkatkan arus kas (cashflow) perusahaan kontraktor dan menambahkan belanja modal (capex) perusahaan.
Bagaimana Kinerja Harga Saham Emiten Konstruksi?
Berikut adalah kinerja beberapa saham emiten konstruksi sepanjang tahun berjalan (ytd):
WIKA: -16.12%
WSKT: -1%
PTPP: -13.67%
ADHI: -14%
ACST: -20%
TOTL: -4.86%
JKON: -40%
NRCA: -7.41%
.