Saham Bank Kecil Naik Pesat, Kenapa?
Saham-saham emiten bank berkapitalisasi pasar kecil dan menengah banyak yang sudah naik lebih dari 100% year-to-date (ytd). Misalnya, PT Bank Bumi Arta Tbk. ($BNBA) naik 687% ytd dan PT Bank Artha Graha Internasional Tbk. ($INPC) sudah naik 400% ytd.
Apa yang menyebabkan kenaikan pesat emiten bank ini?
Meskipun sulit untuk menentukan siapa yang membeli saham-saham ini, kenaikan harga saham bank ini terjadi tanpa adanya berita penting.
Di sisi lain, PT Bank jago Tbk. ($ARTO) telah naik 166.4% ytd per Jumat lalu (05/03). Patut diketahui bahwa PT Dompet Karya Anak Bangsa, bagian dari Grup Gojek, telah membeli 22 persen saham Bank Jago senilai Rp 2.25 triliun.
Kenaikan saham ARTO ini menunjukkan harapan investor akan sinergi ekosistem aplikasi Gojek dengan fitur banking dan banking license milik $ARTO.
Apakah emiten bank-bank kecil ini patut dibeli?
Zoom out: Sebelum membeli saham bank, kita harus tahu apa pendorong valuasi saham tersebut. Misalnya, pendapatan saham bank itu didorong oleh pendapatan dari bunga dan dari biaya. Nah, untuk kasus ARTO, kita harus berfikir bagaimana ARTO dapat memanfaatkan jaringan merchant dalam ekosistem Gojek untuk meningkatkan jumlah pinjaman?
Diatas hanyalah salah satu pertanyaan yang bisa kamu pelajari sebelum kamu berinvestasi di $ARTO.
Bottom Line: Sebagai investor, kita tidak boleh berspekulasi. Coba pikirkan apa yang bisa mendorong valuasi perusahaan saham yang ingin kita beli. Jika kamu melakukan mental exercise ini, kamu akan tidak akan fomo dan malah mempunyai keunggulan dibanding investor lain.
Laba Bersih Emiten Minyak Sawit Meroket
Laba perusahaan emiten minyak sawit atau crude palm oil (CPO) banyak yang naik di tahun 2020. Misalnya, PT Asgro Astra Lestari Tbk. ($AALI) berhasil mencetak laba bersih sebesar Rp 833 miliar untuk 2020 dan naik 294% year-on-year (YoY). Di sisi lain, laba bersih emiten CPO lain seperti, $DSNG dan $LSIP, masing-masing naik 165% YoY dan 174% YoY.
Salah satu penyebab kenaikan pesat laba emiten-emiten CPO disebabkan oleh naiknya pendapatan yang didorong oleh kenaikan harga minyak sawit. Salah satu emiten CPO lain, PT Salim Ivomas Pratama Tbk. ($SIMP), menyatakan harga jual rata-rata (average selling price) CPO naik 24% YoY di tahun 2020. Tren kenaikan harga sawit juga terlihat kuat mengingat harga CPO kontrak Mei 2021 di bursa Malaysia sudah naik 11% ytd dan mencapai sekitar 3.887 ringgit per ton pada Senin (8/3), berdasarkan data dari Bloomberg.
Yang menarik adalah kenaikan pendapatan emiten-emiten CPO jauh lebih rendah daripada laba bersih yang dihasilkan. Misalnya, $AALI dan $DSNG, masing-masing mengalami kenaikan pendapatan sebesar 7.76% dan 16.77%, sementara laba bersih masing-masing naik 294% dan 165%.
Zoom out: Mengapa kenaikan laba bersih jauh lebih tinggi dari pendapatan? Meskipun manajemen perusahaan berhasil meningkatkan efisiensi operasional, salah satu faktor yang cukup besar dalam kenaikan pesat laba bersih adalah penurunan biaya keuangan. Misalnya, biaya keuangan $DSNG pada tahun 2020 turun 37% YoY. Penurunan ini disebabkan oleh konversi sebagian hutang perusahaan ke mata uang dolar AS pada April dan Mei 2020. Jadi, investor harus teliti dan melihat apabila kenaikan laba bersih itu lebih disebabkan oleh faktor operasional atau faktor non-operasional. Faktor operasional cenderung lebih sustainable dibandingkan oleh one-time event seperti laba neto dari selisih kurs.
Bagaimana tren industri sawit untuk tahun 2021?
Direktur Utama $DSNG berharap produksi minyak sawit untuk perseoran bisa tumbuh 10% pada tahun 2021 yang didukung oleh datangnya hujan yang dibawa oleh La Nina.
Pemerintah juga baru saja menaikkan pungutan ekspor kelapa sawit. Sehingga, laba bersih yang dinikmati pemegang saham bisa jadi akan berkurang.
Prospek Sektor Logistik Menjanjikan
Sektor logistik merupakan salah satu sektor yang malah tumbuh di tengah pandemi. Sebab, naiknya tranksasi e-commerce di Indonesia, meningkatkan demand untuk layanan logistik dari first-mile sampai last-mile. Layanan derivatif dari logistik seperti layanan warehouse dan fulfillment pun akan ikut terkena dampak positif dari segmen e-commerce.
Emiten jasa kurir PT. Satria Antaran Prima Tbk. ($SAPX) memprediksi kinerja pertumbuhan pendepatan tahun ini sebesar 15%-20%. $SAPX ingin mengucurkan belanja modal (capex) sebesar Rp 50 miliar - Rp 60 miliar untuk memperluas infrastruktur logistik mereka. Dana capex ini akan digunakan untuk membangun kantor cabang, menambah gudang, armada kendaraan dan jumlah kurir.
Di sisi lain, PT Adi Sarana Armada Tbk, ($ASSA) memproyeksi pertumbuhan pendapatan 20%-25% pada 2021 yang akan didorong oleh AnterAja, anak perusahaan di segmen last-mile delivery. Kinerja $ASSA sudah naik 155% sepanjang tahun (ytd) pada 11/3/2021.